Published : 14 Juli 2025
Published by : Nila Krisna
Ditulis oleh : Nila Krisna — Siswi SMK Cendika Bangsa
Di sebuah gang nan terpencil Jalan Sido Luhur, Lemah Duwur, Dilem, Kepanjen, terangkai kisah tentang seorang perempuan muda bernama Dewi Masfufah. Lahir pada tahun 1996, kisahnya bukan tentang perjalanan yang mulus, melainkan sebuah simfoni keberanian, ketekunan, dan keyakinan teguh yang berujung pada manisnya kesuksesan. Di usianya yang baru 29 tahun ini, Dewi telah sukses menjadi seorang owner. Ia membuktikan bahwa jalur tak terduga seringkali mengantarkan kita pada takdir yang paling menakjubkan.
Dewi adalah alumni SMK Cendika Bangsa angkatan ke-5 (2011) dengan jurusan Multimedia. Namun, takdir memiliki rencana lain yang membelokkan jalannya dari lintasan formal. Pada kelas 11, ia memutuskan untuk mengambil jeda dari bangku sekolah. Dua tahun kemudian, tepat di usia 19 tahun, ia melabuhkan hatinya pada sebuah pernikahan. Kehidupan setelah menikah tak serta merta membuatnya berdiam diri. Bersama ibu mertua, ia merias pengantin sebagai Make Up Artist (MUA), membuka jasa henna, dan bahkan menjajakan burger mini serta snack dari rumah. Inilah titik awal Dewi meraba-raba dunia wirausaha, sebuah panggung baru untuk mengasah potensi.
Dari Dapur Rumahan, Mie Horor Lahir
Cikal bakal Mie Horor dimulai dari sebungkus burger mini seharga Rp3.000. Dewi teringat betul bagaimana ia harus mengantar pesanan ke tempat yang lumayan jauh, hanya untuk mendapat laba yang tak seberapa. Pengalaman itu membuatnya harus mencari alternatif lain. Internet yang menjadi ladang pengetahuannya, hingga ia menemukan resep mie pedas, dengan ide nama “Mie Horor” pun melintas.
Tanpa ragu, ia mempraktikkannya, meracik bumbu dengan cermat, lalu meminta tetangga-tetangganya untuk mencicipi dan memberikan masukan yang berharga. Hingga akhirnya, rasa yang lezat berhasil tercipta, siap untuk memikat lidah. Kemudian Dewi memberanikan diri memamerkannya di status media sosial. Respons tak terduga pun datang. Beberapa orang berminat memesan. Dewi mulai menerima pesanan dan dengan tekun mengantarnya sendiri. Saat itu, tahun 2017, layanan delivery order (DO) belum seramai sekarang di Kepanjen. Ini menjadi celah emas bagi usahanya untuk berkembang pesat.
Sebulan berlalu, permintaan untuk makan langsung di tempat mulai membanjir. Keterbatasan biaya bukan halangan bagi Dewi. Dengan bantuan orang tuanya, sebuah kedai sederhana berdiri di tanah milik keluarga. Awalnya, komplain datang bertubi-tubi. “Tempatnya kok terpencil sekali, masuk gang,” keluh beberapa pelanggan. Namun, Dewi memiliki keyakinan teguh yang tak tergoyahkan: “Orang jika sudah tahu rasanya (enak) pasti akan mencari.” Filosofi ini ia pegang erat, dan terbukti, kesabaran serta konsistensinya membuahkan hasil.
Beberapa bulan kemudian, tepatnya 2018, Dewi berhasil mengembangkan kedainya. Kebetulan, tanah di dekat kedainya dijual dan ia tak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk memperluas usahanya. Tahun demi tahun, usaha Dewi terus meroket. Mie Horor tak hanya sekadar kedai mie pedas, ia bahkan mampu memproduksi sendiri bahan baku produknya seperti mie, dimsum, dan udang keju. Kini, Mie Horor juga membuka kursus masak untuk anak-anak sekolah dasar, mengajarkan mereka tentang proses plating mie yang sudah matang—sebuah langkah yang bukan hanya bisnis, tetapi juga mengedukasi dan menginspirasi generasi muda.
Pilar Wirausaha: Api yang Tak Pernah Padam
Bagi Dewi, kunci seorang wirausaha ada pada dua pilar utama: pendirian teguh dan konsistensi. “Api semangat tidak boleh padam hanya karena mood yang berubah-ubah, meskipun ini usaha milik pribadi,” tegasnya. Baginya, konsistensi adalah upaya untuk menjaga usaha tetap hidup, membangun kepercayaan pelanggan, dan menjamin kualitas tak pernah goyah.
Kisah Dewi Masfufah adalah sebuah inspirasi bagi jiwa muda yang sedang meniti jalan. Ia mengajarkan bahwa kesuksesan sejati tak hanya bersandar pada tinggi rendahnya jenjang pendidikan formal, namun juga pada daya juang dan kemandirian yang kuat. Ada kalanya, di tengah perjalanan yang gemilang, seseorang justru terhenti, atau bahkan tersesat dalam pencarian validasi semata. Dewi mengajarkan, jauh lebih berharga adalah memiliki bekal keahlian yang nyata, kemampuan untuk berdikari, dan keberanian menciptakan nilai ekonomi, bahkan jika itu datang dari jalur yang tak terduga. Ia adalah bukti bahwa dengan tangan yang cekatan, pikiran yang tangguh dan hati yang tak kenal menyerah — setiap individu mampu membangun kerajaan kecilnya sendiri, mengukir namanya di antara bintang-bintang kesuksesan.
tag :Kompeten - Cerdas - Santun
Jl. Raya Mojosari 02 A Kepanjen Malang 65163
smkcendikabangsa@yahoo.co.id
0341 - 391450
Tentang Kami
Info Karir
Visi Misi
Unit Bisnis
Mars Cendika Bangsa
Hubungan International
Hubungan Industri
Bursa Kerja Khusus
Kesiswaan
Designed and Developed by Web Admin SMK Cendika Bangsa
Muffid Mahnun - Copyright All right reserved